Sejarah dan Perkembangan Dunia Grafika
Kata Grafika berasal dari bahasa yunani yaitu graphos artinya gambar atau tulisan. Dikalangan umum kata grafika disebut juga dengan kata “cetak”, yaitu suatu proses memperbanyak gambar atau tulisan dengan menggunakan alat cetak.
SEJARAH PERCETAKAN
Sejarah pencetakan dimulai sekitar
3000 SM dengan duplikasi gambar. Penggunaan putaran segel silinder untuk rolling yang terkesan ke tablet
tanah liat kembali ke peradaban Mesopotamia awal sebelum 3000 SM, di mana
mereka adalah karya yang paling umum seni untuk bertahan hidup, dan gambar
fitur yang kompleks dan indah. Dalam kedua Cina dan Mesir, penggunaan prangko
kecil untuk segel mendahului penggunaan blok yang lebih besar. Di Eropa dan
India, pencetakan kain tentu didahului pencetakan kertas atau papirus, ini
mungkin juga terjadi di Cina. Proses ini pada dasarnya sama - di Eropa tayangan
presentasi khusus dari cetakan sering dicetak pada sutra sampai setidaknya abad ketujuh belas.
Di Cina
Fragmen woodblock awal dicetak
berasal dari Cina. Mereka terdiri dari bunga dicetak dalam tiga warna pada
sutra. Mereka umumnya ditugaskan ke Dinasti Han sebelum
220. Teknologi pencetakan pada kain di China disesuaikan dengan kertas di bawah
pengaruh Buddhisme yang diamanatkan peredaran terjemahan standar di wilayah
yang luas, serta produksi beberapa salinan teks kunci untuk alasan agama.
Buku-blok kayu tertua dicetak adalah Sutra Berlian . Ini membawa tanggal 'hari ke-13
dari bulan keempat tahun kesembilan dari era Xiantong' (yaitu 11 Mei 868).
Sejumlah dicetak Dharani-s,
bagaimanapun, mendahului Sutra Diamond
oleh sekitar dua ratus tahun (lihat Dinasti Tang ).
Di India
Dalam Buddhisme, jasa besar
diperkirakan bertambah dari menyalin dan melestarikan teks, master abad
keempat, daftar menyalin kitab suci sebagai yang pertama dari sepuluh
praktik-praktik keagamaan penting. Pentingnya teks mengabadikan diatur dengan
kekuatan khusus dalam Sutra
Sukhāvatīvyūha yang lebih besar yang tidak hanya mendesak taat untuk
mendengar, belajar, mengingat dan mempelajari teks tetapi untuk mendapatkan
salinan yang baik dan melestarikannya. Ini 'kultus buku' menyebabkan teknik
untuk mereproduksi teks dalam jumlah besar, terutama doa-doa pendek atau pesona
yang dikenal sebagai Dharani-s.
Perangko yang diukir untuk mencetak doa-doa pada tablet tanah liat dari
setidaknya abad ketujuh, tanggal contoh tertua. Terutama populer adalah gatha Pratītyasamutpāda, teks ayat
singkat menyimpulkan filsafat Nagarjuna dari genesis kausal atau yang saling
bergantungan. Nagarjuna tinggal di abad-abad awal era saat ini dan Creed
Buddha, sebagai gatha yang
sering disebut, dicetak pada tablet tanah liat dalam jumlah besar dari abad
keenam. Tradisi ini ditransmisikan ke China dan Tibet dengan Buddhisme.
Mencetak teks dari woodblocks tidak, bagaimanapun, tampaknya telah dikembangkan
di India.
Di Eropa
Pencetakan blok sudah lama
dipraktekkan di Eropa Kristen sebagai metode untuk mencetak pada kain, di mana
itu umum oleh 1300. Gambar dicetak pada kain untuk tujuan keagamaan bisa cukup
besar dan rumit, dan ketika kertas menjadi
relatif mudah tersedia, sekitar 1400, media ditransfer dengan sangat cepat ke
kecil ukiran kayu gambar
agama dan bermain kartu dicetak di atas kertas. Ini cetakan diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dari
sekitar 1.425 seterusnya.
Sekitar pertengahan abad ke-, blok-buku, buku ukiran kayu dengan
teks dan gambar, biasanya diukir di blok yang sama, muncul sebagai alternatif
yang lebih murah untuk naskah dan buku dicetak dengan movable type . Ini semua bekerja sangat digambarkan singkat, buku
terlaris hari, diulang di banyak berbeda blok-book versi: moriendi Ars dan pauperum Biblia adalah yang paling umum. Masih ada beberapa
kontroversi di kalangan sarjana, apakah pengenalan mereka mendahului atau,
pandangan mayoritas, diikuti pengenalan tipe bergerak, dengan rentang tanggal
diperkirakan berada di antara sekitar 1.440-1.460.
Kemajuan
teknologi informasi sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan teknologi
cetak mencetak, sehingga di mana pun kita berada selalu menatap dan menggunakan
barang cetakan, misalnya: uang, meterai, prangko, surat kabar, majalah, buku,
brosur, folder, poster, spanduk, company profile, formulir, ticket, kemasan
(kertas, karton, kaleng, plastik, dll) sampai pada surat-surat berharga yang
dipergunakan pada bank-bank, dan sangat banyak jenis, bentuk, jumlah barang
cetakan di masyarakat.
Semakin
banyak jumlah manusia, semakin meningkat sosial ekonomi, semakin tinggi
pendidikan dan kebudayaan suatu bangsa akan semakin banyak memerlukan barang
cetakan sebagai sarana komunikasi, alat pembayaran, sebagai pembungkus, dan
fungsi-fungsi lain.
Perkembangan
terakhir di bidang teknologi produksi grafika sebagai usaha untuk melayani
tuntutan pemesan yang semakin cepat dan kritis adalah munculnya “ teknik cetak
jarak jauh, instant printing dan yang terakhir print on demand.”
Gambaran umum
fungsi dan jenis barang cetakan yang demikian banyak dan bervariasi menuntut
industriawan grafika melengkapi peralatan yang memadai dari kualitas dan
kuantitasnya, serta kesiapan sumber daya manusianya sebagai penentu
keberhasilan produksi. Kondisi demikian memberikan peluang yang sangat besar
bagi insan grafika untuk berkiprah mengisi lowongan dan tawaran yang sangat
menjanjikan itu.
Sesuai dengan
tujuan pendidikan, Teknik Grafika PNJ mempersiapkan struktur program kurikulum
yang telah mengacu pada kebutuhan industri grafika walau tetap harus dibantu
oleh perusahaan grafika, penyalur alat/mesin sebagai akibat dari perkembangan
teknologi grafika. Penyusunan kurikulum tetap menggunakan pola baku, walaupun
akhir-akhir ini ada kebebasan untuk mengubah dan menyesuaikan dengan kebutuhan
industri. Dengan kebebasan menentukan kurikulum itu, maka Teknik Grafika PNJ
segera menyesuaikan kebutuhan di industri percetakan.
Sebagai
bentuk penyesuaian itu tercermin di dalam kurikulumnya, terdapat mata kuliah
“Sistem Produksi Grafika” dan simulasinya. Mata kuliah ini disajikan dengan
menyertakan CD software yang baru saja diselesaikan oleh tim.
Kuliah sistem simulasi produksi
grafika ini disajikan pada semester 4 dan semester 5, setelah para mahasiswa
memperoleh materi tentang keteknikan di semester 1, 2, 3 dan 4, dan selanjutnya
di semester 6 mahasiswa melakukan PKL (praktek kerja lapangan) dengan sistem
kelompok sesuai dengan produk grafika yang akan ditekuni.
Di dalam mata
kuliah sistem simulasi produksi grafika itu materi penyajiannya ditekankan
bagaimana mahasiswa menangani dan mengelola order cetakan mulai dari awal
sampai akhir, sehingga bobot manajerialnya lebih menonjol. Tugas demikian pada
umumnya di perusahaan-perusahaan percetakan berperan sebagai perencana dan
pengendalian produksi (PPC = Planning Production and Controll) atau dalam
istilah manajemen, sebagai middle manager yang menentukan alur proses produksi.
Dari materi
kuliah yang disajikan ini, diharapkan mahasiswa mampu menyiapkan dan menyusun
rencana produksi, mendesain produk, memilih bahan dan alat/mesin produksi,
menyusun jadwal produksi, melakukan pengendalian proses produksi dan
mengendalikan mutu produksi. Para mahasiswa dituntut pula untuk mengestimasi
apakah barang cetakan itu sebagai barang cetakan yang diproduksi akan
menguntungkan perusahaan atau sebaliknya.
Selain sebagai seorang perencana dan pengendalian produksi, kemampuan yang diperoleh para mahasiswa itu dapat pula mendukung seseorang sebagai estimator, tenaga pemasaran, dan apabila dibarengi dengan pengembangan diri (melalui pengalaman dan menuntut pendidikan) akan sangat mungkin menjadi manajer setiap bagian dan mungkin lebih tinggi lagi, atau sebagai seorang wiraswastawan.
Selain sebagai seorang perencana dan pengendalian produksi, kemampuan yang diperoleh para mahasiswa itu dapat pula mendukung seseorang sebagai estimator, tenaga pemasaran, dan apabila dibarengi dengan pengembangan diri (melalui pengalaman dan menuntut pendidikan) akan sangat mungkin menjadi manajer setiap bagian dan mungkin lebih tinggi lagi, atau sebagai seorang wiraswastawan.
Percetakan adalah sebuah proses
untuk mereproduksi teks dan gambar, biasanya dengan tinta di atas kertas
menggunakan mesin cetak. Hal ini sering dilakukan sebagai proses industri skala
besar, dan merupakan bagian penting dari penerbitan dan percetakan transaksi.
Perkembangan
pencetakan diawali dengan penggunaan segel silinder
di Mesopotamia dikembangkan di 3500
SM, dan lainnya yang terkait segel cap . Bentuk paling awal
dari pencetakan adalah pencetakan woodblock
, dengan contoh-contoh yang ada dari China berasal sebelum 220 AD dan Mesir
ke abad keempat. Kemudian perkembangan dalam pencetakan termasuk jenis bergerak
, pertama kali dikembangkan oleh Bi Sheng di Cina, dan mesin cetak , proses pencetakan
lebih efisien untuk bahasa barat dengan mereka lebih terbatas huruf
, dikembangkan oleh Johannes Gutenberg
pada abad kelima belas.
Dalam proses cetak ada beberapa prinsip cetak :
1. Cetak Tinggi / Letterpress
Acuan cetak yang digunakan untuk melakukan pencetakan ada 2 bagian. Disebut cetak tinggi karena bagian image dari lebih tinggi dari bagian non image. Acuan yang digunakan dalam cetak tinggi ini diantaranya terbuat dari bahan timah hitam (letter), dari bahan besi (foil), ebonit dll. Mesin cetak tinggi merupakan cikal bakal adanya mesin cetak yang saat ini begitu pesat perkembangannya dengan menggunakan teknologi yang canggih.
2. Cetak Datar / Offset
Disebut cetak Datar / Offset karena bagian image dan bagian non image tingginya sama atau datar. Mesin yang digunakan sudah lebih canggih dari mesin cetak tinggi. Mesin Offset inilah yang terus mengalami kemajuan dengan menggunakan teknologi yang canggih. Mulai dari mesin yang manual sampai yang sudah full otomatis.
3. Cetak Dalam / Rotografur
Cetak Dalam / Rotografur ini kebalikan dari cetak tinggi. Bagian image dari lebih rendah dari bagian non image.
4. Cetak Saringan / Sablon
Cetak Saringan disebut juga dengan Sablon. Dalam memindahkan gambar atau tulisan dengan menggunakan alat penyaring (screen).
5. Cetak Cahaya
Dalam memindahkan gambar atau tulisan dengan menggunakan cahaya sebagai perantaranya, seperti fotocopy.
Teknik cetak & Reproduksi
Seorang
Desainer Grafis harus memiliki pengetahun mengenai teknologi Grafika
dari mulai pracetak-cetak hingga pacsa cetak, sehigga dapat menghindari
pemakaian elemen desain yang sangat riskan pada teknik cetak, dan sisi
baiknya dapat lebih memaksimalkan ide lebih efesiensi dan kreatif.
Teknik cetak yang sering digunakan antara lain :
1. Cetak Offset (Offset Printing)
2. Cetak Flexografi (Flexography Printing)
3. Cetak Rotogravure (Rotogravure Printing)
4. Cetak Sablon (Screen Printing)
5. Cetak digital (Digital Printing)
Cetak offset adalah suatu teknik mencetak dengan menggunakan pelat yang datar sebagai acuan cetak.
Berdasarkan cara pemasukan material kertas yang akan di cetak, mesin cetak Offset dapat dibagi dua:
1. Mesin cetak lembaran (sheet fed) yaitu mesin cetak yang menggunakan kertas lembaran.
2. Mesin cetak gulungan (Web fed) yaitu mesin cetak yang menggunakan kertas roll/gulung.
Cetak offset sheeted banyak digunakan untuk mencetak pekerjaan seperti majalah, buku, brosure, kalender, poster dll.
Cetak
Web offset digunakan untuk mencetak Koran, tabloid, buku atau majalh
yang menggunakan kertas yang lebih tipis disbanding cetak sheetfed.
Ciri khas cetak Offset Sheetfed
- Cocok untuk mencetak diatas kertas dengan berat sekitar 100-270 gram
- Cocok untuk mencetak dengan jumlah sekitar di atas 1000exp hingga 10.000 exp.
- Cocok untuk mencetak majalah, buku, brosur dan lainnya dengan kualitas tinggi.
Ciri khas cetak Offset Webfed
- Cocok untuk mencetak diatas kertas dengan berat sekitar dibawah 100 gram
- Cocok untuk mencetak jumlah cetak sekitar ratusan ribu exemplar
- Kecepatan lebih tinggi disbanding cetak dimesin sheetfed
- Dapat langsung mencetak pada kedua sisi kertas.
Cetak Gravure
Cetak
Rotogravure adalah suatu teknik cetak yang menggunakan Silinder sebagai
acuan cetaknya, dan sering disebut dengan cetak dalam oleh karena tinta
yang berada dibagian dalam image area dialihkan dari Silinder langsung
ke media cetak. Pembentukan gambar pada silinder dapat menggunakan
teknologi Laser, Direct Etching
atau Engrave Helio, sehingga terbentuk sel kecil dengan kedalaman
tertentu. Cetak Gravure banyak digunakan untuk mencetak kemasan permen,
rokok, plastic tipis, alumunium foil ataupun flexible packaging.
Ciri-ciri cetak Rotogravure
- Cocok untuk mencetak diatas plastic tipis, alumunium foil, material transparent atau apaque.
- Cocok untuk mencetak oplah yang tinggi
- Cocok untuk mencetak jumlah warna lebih dari 8 warna.
- Warna lebih konsisten dibandingkan denga teknik cetak lainnya.
Cetak Flexografi
adalah suatu teknik cetak yang menggunakan acuan cetak berupa pelat
dari karet atau photopolymer. Cetak flexografi dikenal juga sebagai
cetak tinggi karena tinta dialihkan dari area cetak yang lebih tinggi ke
media cetak. Pemindahan tinta ke pelat cetak melalui rol transfer yang
disebut Anilox dan terbuat dari tembaga (Cu) atau keramik. Pemahaman
sederhana cetak fleksografi dapat kita lihat pada prose’s pembuatan
stempel. Cetak flexografi banyak digunakan untuk mencetak kemasan label,
corrugated (karton gelombang).
Ciri khas cetak Flexografi :
- Cocok untuk material berupa karton gelombang
- Cocok untuk mencetak dengan jumlah cetak tinggi
Cetak
sharing atau screen printing adalah suatu teknik cetak yang menggunakan
Silk Screen sebagai acuan cetaknya. Cetak saring dikenal juga sebagai
cetak sablon. Cetak sablon ini memiliki kualitas yang bervariasi. Banyak
digunakan untuk pencetakan kaos, gelas, seng, mika, plastic, kertas dan
lainnya. Saat ini teknologi cetak sablon sudah menerapkan system
Computer to Screen, yang dapat menghasilkan kualitas tinggi.
Ciri khas cetak sablon :
Dapat
mencetak diatas hampir semua benda padat, seperti gelas, kaca, keramik,
aluminium, seng, mika, plastic, kertas dan lainnya. Karena dilakukan
manual (kecuali yang sudah menerapkan teknologi Computer To Screen).
Digital Printing
Cetak
digital atau Digital Printing adalah suatu taknik cetak tanpa melalui
prose’s pembuatan acuan cetak, melainkan melalui prose’s digital atau
“any printing completed via digital file. Semua prose’s pencetakan
dilakukan dan dikontrol secara digital dan memiliki metode penintaan
yang berbeda sesuai teknologi masing-masing. Di Indonesia saat ini
istilah digital printing agak rancu karena perusahaan yang mengaku
memiliki jasa digital printing didalamnya berbagai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar